Minggu, 31 Juli 2011

Menkominfo: Remaja Masjid Tidak Identik dengan Negatif

Program “Online” Masjid Raya (OMR) yang diluncurkan salah satu operator seluler akan mengkoneksikan masjid-masjid besar dari seluruh Indonesia. Target masjid yang akan di-online-kan melalui program ini mencapai 99  Masjid Raya dan Masjid Agung se-tanah air. Tahap awalnya akan dilaksanakan untuk Pulau Jawa, menyusul kemudian ke wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

OMR yang digarap Telkomsel menggandeng Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (JPRMI) merupakan inovasi dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1432 H, sekaligus membawa berbagai aktifitas syi’ar Islam ke dalam jaringan dakwah digital.

Menteri Komunikasi dan Informasi RI, Tifatul Sembiring yang didaulat meresmikan acara itu sangat mendukung OMR. Program ini, baginya, luar biasa memberikan dampak yang baik, meski belum menjangkau keseluruhan masjid di Indonesia yang begitu banyak.

Di samping itu, Tifatul mengimbau perlunya pemanfaatan internet untuk hal-hal positif. Sebab berbagai informasi yang diterima ada yang benar, ada pula yang salah. Di sinilah perlunya check and recheck, sehingga yang terpenting dalam program tersebut adalah kontennya.

”Apalagi diawali di bulan Ramadhan ini,” ujar Tifatul.

Menteri dari salah satu partai Islam itu juga berharap dengan diluncurkannya OMR, remaja masjid tidak lagi diidentikan negatif.

“Jangan sampai disangka anak-anak remaja masjid itu kuper (kurang pergaulan.red). Tidak!,” tegasnya di depan wartawan selepas acara di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan, Ahad (31/7).

Karenanya, Tifatul menganggap koneksi online antar masjid ini cukup menarik untuk pembinaan remaja. Saat ini bangsa Indonesia, dalihnya, sedang mengalami krisis eksistensi identitas akibat banyaknya pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.

Adapun konten yang akan dikelola dalam OMR meliputi informasi internal masjid yang di antaranya berisi jadwal shalat, jadwal khatib Jum’at, jadwal kegiatan masjid dan informasi lain. Program ini juga merupakan bentuk dukungan Telkomsel terhadap Gerakan Nasional Ayo Ke Masjid yang digadang JPRMI. Sebelumnya JPRMI sukses menggelar karnaval sambut Ramadhan  di Jakarta.*

Dikutip dari Hidayatullah.com

Otak Butuh Jeda 20 Menit untuk Mempelajari Hal Baru

Jika dalam waktu hampir bersamaan otak manusia menerima banyak informasi atau perintah sekaligus, sangat mungkin salah satunya akan terlupakan. Agar dapat mengingat dengan baik, otak butuh jeda 20 menit sebelum menerima informasi lain.

Otak manusia, khususnya laki-laki tidak didesain untuk multitasking atau melakukan beberapa hal dalam waktu bersamaan. Karena itu saat sedang memproses informasi sebelumnya, otak sulit menerima informasi atau perintah baru sehingga cenderung mudah untuk melupakannya.

Seorang ahli saraf dari Harvard Medical School, Prof Edwin Robertson, D.Phil menegaskan hal itu terjadi bukan karena kapasitas memori otak yang terbatas. Daya ingat otak cukup besar, namun seperti halnya komputer kinerjanya akan melambat jika menjalankan banyak program sekaligus.

Dalam penelitiannya di jurnal Nature Neuriscience, Prof Robertson mengatakan otak butuh waktu sekitar 20 menit untuk benar-benar mengolah dan menyimpan sebuah informasi dalam ingatan.
Dikutip dari Menshealth, Senin (25/07/2011), masuknya informasi lain pada masa itu bisa mempengaruhi daya ingat.

Karena itu jika tidak ingin ada satupun informasi atau perintah yang terlupakan, ia menyarankan ada jeda 20 menit sebelum otak menerima perintah atau berusaha mengingat hal lain. Makin sedikit jeda yang diberikan, risiko untuk lupa makin besar.

Sebuah studi yang dipublikasikan sebelumnya bahkan menyarankan agar otak diberi jeda selama 2 jam saat menerima banyak informasi agar tidak mudah lupa. Namun dengan jadwal aktivitas dan pekerjaan yang sangat padat, jeda 2 jam dinilai terlalu lama dan membuat orang malah jadi tidak produktif.

Selain memberi jeda bagi otak, cara lain untuk meningkatkan daya ingat adalah memilih waktu paling rileks untuk menerima informasi. Oleh karena itu, banyak murid sekolah yang merasa lebih mudah mengingat materi pelajaran jika membacanya kembali menjelang tidur.

Daya ingat otak hanya akan meningkat dalam kondisi yang benar-benar rileks, namun tertawa terbahak-bahak tidak termasuk kondisi rileks yang dimaksud. Sebuah penelitian di University of Missouri menunjukkan, responden jadi lebih sulit menghafal perkalian setelah dipertontonkan video lucu. *