Kamis, 10 Mei 2012
JALUR GAZA, Kamis (Sahabatalaqsha.com): “As-Salaamu’alaykum Polisi Indonesia... Kami mencintai kalian karena Allah!”
Teriakan
salam itu disampaikan oleh sekelompok polisi Palestina berpakaian
loreng biru tua dan muda, berbaret hitam, di depan kamera video Tim
Amanah Indonesia (Sahabat Al-Aqsha). Mereka yang menyampaikan salam itu
berasal dari Pasukan Khusus (kesatuan Brimobnya) Kepolisian Palestina.
Seorang
instruktur latihan berbadan tinggi besar, berjenggot lebat, dan murah
senyum, lalu menyampaikan harapan di depan kamera, “Insya Allah, dalam
waktu tak lama lagi kita akan bersama-sama solat Masjidil Aqsha dalam
keadaan merdeka!” Sambil tangannya menunjuk ke mural masjid suci itu di
dinding di belakang mereka.
Sambutan
yang ramah penuh persaudaraan sangat terasa, saat Tim Amanah Indonesia
mengunjungi Markas Besar Kepolisian Palestina di Jalan ‘Umar Mukhtar,
Madinah Gaza. Kami ditemani oleh Muqaddam (Ajun Komisaris Besar Polisi) Munir Abu Syanab, Kepala Humas Interpol Palestina, dan Muqaddam Nasser Abduh, Wakil Kepala Humas Mabes Kepolisian Palestina.
Belum
sampai memasuki gedung utama markas kepolisian itu, seorang lelaki
berbadan tegap, berkaos polo putih menyambut kami. “Maafkan saya,
menyambut Anda mengenakan pakaian seperti ini, hari ini ada acara olah
raga dan jalan-jalan santai,” kata lelaki itu sambil tersenyum. Ia
adalah ‘Amid (Brigadir Jenderal Polisi) Amin Al-Batniji, Direktur Penerangan Kepolisian Palestina, yang langsung mengajak kami ke ruangannya.
Menurut
berbagai laporan yang kami himpun, angka kriminalitas di Jalur Gaza
yang penduduknya berjumlah 1,7 juta jiwa menurun sangat drastis, sejak
kawasan ini dibebaskan dari seluruh kekuatan militer penjajah Zionis
maupun kakitangannya tahun 2005.
Padahal,
sejak tahun 2007, pengepungan yang dilakukan Zionis Israel terhadap
Jalur Gaza telah melumpuhkan hampir seluruh kekuatan ekonomi wilayah
itu.
Biasanya,
kalau ekonomi sekarat, rakyat akan memberontak, dan kekacauan sosial,
termasuk angka kejahatan akan meningkat. Tapi teori ini tidak berlaku di
Gaza. Apa penjelasannya?
Menurut
Brigjen Pol. Amin Al-Batniji, pengepungan dan ancaman fisik dari luar
justeru telah memperkuat kepribadian masyarakat Gaza.
“Lebih
dari itu, karena pemerintah Gaza adalah pemerintah Muslim yang
menjalankan keislamannya, rakyat pelan-pelan semakin sadar bahwa
Allah-lah Ar-Razaq, Yang Maha Memberi Rezeki,” demikian penjelasan Amin.
Pengepungan
ini, menurutnya, justeru menyuburkan sikap sabar dan qanaah di kalangan
masyarakat. “Kalau pemimpin dan rakyat sama-sama melaksanakan Islam dan
mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah akan memberikan ketenangan
dan keamanan. Aman itu milik Allah, bukan milik manusia,” jelas Amin.
Selain
itu menurut Amin, Islam juga menumbuhkan persaudaraan yang positif.
Masyarakat di Gaza yang sama-sama sedang dikepung musuh, jadi mudah
saling menolong, terutama menolong mereka yang paling lemah secara
ekonomi.
Salah
seorang pejabat tinggi di Kementerian Dalam Negeri Palestina
(kementerian yang membawahi kepolisian) menceritakan, bahwa pejabat
seperti dirinya setiap bulan dipotong gajinya oleh pemerintah untuk
membantu orang miskin di negeri itu.
“Setiap
bulan Ramadhan, potongannya tambah besar,” tukasnya. Pejabat tinggi itu
menjelaskan, rezeki para pejabat Palestina di Gaza justeru semakin
berkah dengan pemotongan yang bisa sampai 30% itu.
Kunjungan dilanjutkan dengan berkeliling markas yang membentang dari tengah kota sampai ke pinggir pantai Gaza itu.
Di
berbagai bagian bangunan, nampak bekas-bekas tembakan senjata-senjata
pesawat tempur maupun helikopter Zionis Israel pada Perang Al-Furqan
(akhir 2008 sampai awal 2009).
Lubang-lubang
bekas peluru kaliber besar bertebaran di dinding-dinding bangunan, dan
sengaja tidak diperbaiki. Di bagian lain markas itu, ada puluhan bom
dalam berbagai ukuran dipamerkan. Ada beberapa yang besarnya lebih dari
tubuh manusia dewasa. Ini adalah sebagian bahan peledak yang disiramkan
Zionis kepada rakyat Gaza. “Supaya kami dan dunia tetap mengingat
kejahatan Zionis Israel,” kata Muqaddam Nasser Abduh.
Kita
semua tentu ingat, pemandangan yang menyayat hati pada Perang Al-Furqan
yang oleh Zionis disebut sebagai Operation Cast Lead (Operasi Timah
Panas) itu, dalam 10 menit pertama jam 8 pagi, tanggal 27 Desember 2008,
sekitar 200-an orang petugas kepolisian yang sedang apel pagi dibantai
dengan berondongan senjata dan bom oleh pesawat-pesawat F-16 bikinan
Amerika Serikat milik Zionis Israel.
Selain
jenazah para polisi Palestina yang bergelimpangan, kita juga
menyaksikan gambar-gambar polisi yang terluka parah mengacungkan jari
telunjuknya sambil berkata, “Laa ilaaha illa Allah... Tiada Tuhan selain Allah...”
Pada
penyerangan Zionis Israel itu, ikut juga mati syahid tiga pejabat
tertinggi Kementerian Dalam Negeri, yaitu Mayjen Pol. Taufiq Jabir,
Kepala Kepolisian Palestina; Muhammad Al-Ja’bari, Direktur Unit Keamanan
dan Pengawalan; dan Sa’id Shiyam, Menteri Dalam Negeri-nya sendiri.
“Ini menunjukkan, bahwa para pejabat tinggi kami adalah yang pertama kali mengorbankan nyawanya bagi rakyat Palestina,” kata Muqaddam Munir
Abu Syanab. “Mereka tidak bersembunyi di balik kedudukannya sebagai
pejabat tinggi. Mereka semua mati syahid di lapangan saat menjalankan
tugas.”
Nama-nama
para polisi yang mati syahid dalam Perang Al-Furqan itu diabadikan
dalam sebuah prasasti yang terletak di lapangan Markas Besar Pasukan
Khusus Kepolisian Palestina.
Di atas nama-nama itu tertulis kalimat yang dikutip dari ayat Al-Quran surah Al-Ahzab ayat 23:
“Di
antara orang-orang beriman (Mu’min) itu ada orang-orang yang menepati
apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka diantara mereka ada
yang gugur. Dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan
mereka sedikitpun tidak mengubah (janjinya).”
Jumlah
anggota kepolisian Palestina yang bermarkas di Gaza saat ini sekitar 10
ribu orang. Secara umum menurut Brigjen Pol. Amin Al-Batniji, tidak ada
kasus kriminalitas yang luar biasa.
“Justeru
kami sebagai masyarakat sedang mengalami kejahatan kriminal yang
dilakukan oleh penjajah atas kami semua,” katanya sambil tersenyum.
Namun demikian, Alhamdulillah, kata Amin keamanan dan ketertiban masyarakat semakin baik.
Kasus
yang sesekali masih terus mengganggu adalah penyelundupan narkoba dan
minuman keras dari kawasan yang dikuasai Zionis Israel dan Mesir.
Rata-rata dalam setahun ada sekitar 20 orang yang ditangkap karena kasus
ini.
Kasus
kejahatan lain adalah pembunuhan akibat perkelahian. Misalnya, karena
ada anggota keluarga yang berzina, lalu dibunuh. Ada juga pencurian emas
dan barang-barang berharga, biasanya dilakukan oleh remaja.
Menurut
berbagai perbincangan dengan masyarakat awam, secara umum, Gaza yang
sekarang lebih aman dari Gaza sebelum dikepung oleh Zionis Israel.
Semakin
banyak perempuan yang berhijab, menutup aurat sesuai tuntunan Islam,
meskipun tidak ada undang-undang yang secara eksplisit mewajibkan hijab.
Dari
hasil pengamatan selama tiga minggu Tim SA2Gaza berada di Gaza,
perempuan dewasa yang nampak keluar rumah tanpa menutup aurat bisa
dihitung dengan jari.
Secara
umum tugas petugas kepolisian Palestina di Jalur Gaza meliputi
pengaturan lalu-lintas, mencegah dan memberantas narkoba, melakukan
berbagai investigasi, patroli keamanan di rumah-rumah sakit,
sekolah-sekolah, dan lain-lain.
Menurut
Kepala Interpol Palestina Mayjen Pol. Mahir Ar-Ramli, ketika Gaza belum
dikepung Zionis Israel dan masih berada di bawah kekuasaan pemerintah
Fatah, setiap dua malam selalu terjadi pemerkosaan, pembunuhan, dan
perampokan.
Menurut
Mayjen Pol Mahir, di masa itu Gaza dikuasai oleh Fatah, penguasa ketika
itu adalah gabungan dari kelompok-kelompok yang selalu ingin
memperbesar wilayah kekuasaannya masing-masing. Termasuk juga dengan
cara melindungi kelompok-kelompok kejahatan.
“Warga
yang memiliki rasa takut yang besar kepada Allah SWT, tidak akan
melakukan kejahatan yang menyusahkan orang lain maupun dirinya sendiri,”
kata Mahir.
Dalam
kesempatan berkunjung ke Pusat Pendidikan dan Latihan Kepolisian
Palestina, yang terletak di pinggir pantai yang indah, Tim SA2Gaza
sempat menyaksikan para anggota polisi yang baru saja apel pagi,
bergantian menggunakan sajadah untuk melaksanakan solat dhuha di
lapangan.
Muqaddam Hisyam
Al-Kariri, Wakil Direktur Pusdiklat Kepolisian Palestina, menjelaskan
kepada Tim SA2Gaza selain dididik dan dilatih keterampilan profesional
sebagai polisi, seluruh anggota kepolisian Palestina juga dididik
ruhiyahnya secara sungguh-sungguh.
“Selain
secara rutin mereka membaca dan memahami Al-Quran, salah satu kurikulum
dasar pendidikan kami juga tafsir surah Al-Anfaal dan At-Taubah yang
wajib difahami dan dihayati setiap anggota kami,” kata Muqaddam Hisyam di sela-sela latihan.
Dalam memperkuat sistem ketertiban dan keamanan masyarakat, kepolisian Palestina juga melakukan kerja sama penerangan dengan masjid-masjid, saluran televisi dan radio Al-Aqsa, Al-Quds, Al-Bayan, Al-Ayyam, Ar-Risalah, dan Filistin.
Dalam memperkuat sistem ketertiban dan keamanan masyarakat, kepolisian Palestina juga melakukan kerja sama penerangan dengan masjid-masjid, saluran televisi dan radio Al-Aqsa, Al-Quds, Al-Bayan, Al-Ayyam, Ar-Risalah, dan Filistin.
Di
akhir perbincangan, Brigjen Pol. Amin Al-Batniji mengundang Kepolisian
Republik Indonesia untuk datang ke Jalur Gaza dan bersilaturrahim dengan
kepolisian Palestina. “Ahlan wa Sahlan. Silakan datang, kalau bisa dilakukan akan menjadi suatu kehormatan bagi kami,” katanya.* (Sahabatalaqsha.com)
Sumber : Sahabat Al-AqshaRed: Administrator
Tidak ada komentar:
Posting Komentar