Lelaki itu berdiri
gagah di balkon rumahnya. Rumah yang mewah di kawasan Sawitsari.
Tepatnya di blok A-01. Orang itu memang selalu ingin menjadi nomor
satu. Dalam segala hal. Wajahnya masih muda, walaupun sekarang timbul
keriput. Rambutnya masih hitam walaupun tak seperti dulu. Tak seperti
saat ia muda. Mungkin perbandingannya sekarang 50:50. Matanya masih
tajam. Walaupun tak seperti 30 tahun yang lalu. Sekarang kedua
matanya dibantu lensa negatif. Sekarang dia telah lulus dalam
menempuh studi S4 nya. Profesor. Gelar yang ia sandang sekarang .
Angin berhembus membelai wajahnya.
Fatih nama lelaki
itu. Adzan Isya telah berkumandang 1 jam lalu. Fatih masih berdiri di
balkon rumahnya. Angin malam mulai menusuk tulangnya. Membuat dia
merapatkan jaket kulitnya. Fatih memandang jauh ke depan. Memandangi
bangunan-bangunan yang kokoh. Bangunan-bangunan yang menjulang
tinggi. Menantang langit. Ya, bangunan yang mencerminkan si empunya.
Mencerminkan seberapa kaya si empunya. Suara krik…krik… mulai
ramai. Suara jangkrik. Mungkin nyanyian jangkrik. Fatih tersenyum
kecut. Ternyata masih ada jangkrik di era millennium ini.
Jam menunjukkan jam
10 malam. Fatih segera masuk ke pembaringan. Tubuhnya yang sudah tua
dimakan usia merasa capek menjalani kegiatan yang full, padahal
umurnya sudah 50 tahun. Matanya sudah tak kuat, kelopak matanya
seperti terbebani benda yang sangat berat. Sebelum tidur Fatih
berdo’a. Bismikallahumma ahya wa bismika amud.
************************************************
Di sepertiga malam
terakhir. Suasana sepi. Manusia tertidur pulas. Memang di waktu itu,
waktu paling enak buat tidur. Hanya sedikit manusia yang bangun di
waktu itu. Untuk bermunajat kepada sang Pencipta. Untuk menyampaikan
keluh kesah, harapan dan semua masalah yang ada di dunia ini. Dari
segelintir manusia yang bangun, laki-laki itu termasuk dalam golongan
itu.
************************************************
Sebuah rumah di
kawasan Sawit Sari sudah terang benderang. Beberapa lampu dinyalakan,
pertanda si empunya sudah bangun. Fatih segera mengambil air wudhu.
Dibasuhnya anggota tubuhnya. Brr. Dingin. Menusuk tulang orang yang
telah lanjut usia ini. Fatih segera mendirikan shalat tahajud.
Sendirian, Hanya sendiri. Laki-laki menghadap kiblat, lalu
mengucapkan Allahu Akbar. Bergetarlah hati Fatih. Ia meresapi kata
demi kata dalam bacaan shalatnya. Tak terasa butiran kristal sebesar
biji jagung keluar dari matanya. Butiran kristal yang sudah tahu
kemana ia akan mengalir. Makin deras. Setelah selesai Fatih berdo’a
kepada yang Maha Pengampun. Memohon ampun atas dosa-dosa di masa
lalu. “Astagfirullahhal adzim”. “Ya Allah ampunilah dosa ku,
dosa keluargaku, dosa orang Indonesia, dan dosa orang sedunia”.
“Amin…amin… ya rabbal alamin”. Setelah shalat malam, Fatih
mengisi waktunya dengan tilawah Al-qur’an sampai shubuh tiba.
************************************************
Fatih merasa
sendiri. Memang sendiri. Orang-orang yang dicintainya telah pergi
selama-lamanya. Mungkin tidak, karena mereka akan berkumpul lagi di
surga. Fatih sudah sangat-sangat rindu dengan orang-orang yang ia
cinta. Ayah, Ibu dan tentunya Sarah, istrinya yang sangat
dicintainya. Kangen sekali. “Ya Allah, Fatih kangen mereka semua”.
Malaikat yang mendengarnya hanya tersenyum. Ikut mengamini.
************************************************
Fatih beranjak
berdiri. Fatih mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga. Fatih
beranjak ke kamar mandi. Fatih pandang wajahnya sendiri. “Hahaha
masih ganteng, walaupun tak seperti dulu”, kata fatih. Fatih mau
berolahraga, Fatih melakukan pemanasan. Fatih berjalan mengitari
komplek. Badannya tidak setegap dulu. Tapi badan ini mencerminkan
bahwa laki-laki ini adalah laki-laki tegar. Ciri seorang laki-laki
sejati! Fatih mulai berlari mengitari komplek. Baru sebentar napasnya
mulai tidak teratur. Menandakan usianya telah berumur, padahal waktu
dulu, Fatih bisa menempuh jarak 5 km dalam waktu 18 menit. Tapi itu
dulu, saat umurnya masih belasan tahun. 30 menit berlalu, keringatnya
membasahi seluruh tubuhnya.
**********************************************
Setelah olahraga,
Fatih segera mandi, sarapan, dan berangkat ke kampus. Fatih tahun ini
mendapat gelar dosen teladan dari kampusnya, UGM. Fatih mendapat
gelar itu juga tidak mudah seperti membuat mie instans. Fatih harus
bekerja keras, menunjukkan dedikasi dalam bekerja untuk meraih gelar
prestasi itu. Rumusnya adalah berasal dari ucapan Tika Yusuf penyiar
Swara Gama di acara Jogja Pagi “ Lakukanlah dengan hati, lakukan
dengan cinta”. Fatih keluar dari rumahnya dengan kemeja putih,
bersih. Tanpa memakai dasi. Santai. Kemejanya juga dikeluarkan. Yup,
Busana santai. Fatih memang tidak mau berpakaian kedinasan . Fatih
menuju garasi. Ia keluarkan mobil Mercy nya yang sudah kuno tapi
terawat. Sudah 25 tahun mobil Mercy itu menemani Fatih. Digebernya
mobilnya. Wuss akselerasinya cepat, perpindahan transmisinya juga
halus. Tidak sampai 15 menit, Fatih telah samapi di kampus.
************************************************
Fatih di kampus
sudah sebagai dosen teladan. Fatih juga sudah 3 kali dicalonkan
menjadi rektor UGM. Tapi Fatih menolaknya dengan halus. Fatih ingin
tetap menjadi dosen. Murni dosen. Fatih segera menuju ruangannya.
Dibuka pintunya. “Bismillahirrahmanirrahim”. Ujarnya lirih.
Nampak ruangan yang cukup memadai fasilitasnya. Fatih merebahkan
dirinya di kursi empuk. Huft, Fatih menghela napas. Fatih membuka
laptopnya, tampak wajah seorang wanita berjilbab putih. Wajahnya
bersinar. Tampak anggun gayanya. Wanita itu adalah Sarah, istri yang
sangat Fatih sayangi. “Mungkin Sarah sedang tersenyum melihat
tingkah lakuku”. Kata Fatih. Fatih segera membuka schedulenya hari
ini. Hanya sampai jam 3 sore. Tidak terlalu padat. Mengajar, mengisi
seminar, rapat dosen, pemberian motivasi pada mahasiswa baru.
************************************************
Jam 3 sore. Mungkin
lebih beberapa menit. Fatih telah mendirikan shalat ashar. Fatih
segera mengemasi barang-barangnya. Fatih ingin segera pulang.
Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah foto pernikahan. Foto dia
dengan istrinya. Matanya menatap lekat foto itu. Ya, istrinya, Sarah
Cinta Putri Abdillah. Nama yang sangat cantik seperti orangnya. Tak
terasa butiran kristalnya meleleh. Butiran kristal itu sudah tahu
kemana harus mengalir. Fatih buka surat terakhir dari Sarah untuk
dirinya.
Sleman,
10 Februari ‘97
Dear
My
Prince
Muhammad
Fatih
Assalamu’alaikum
Pangeranku apa kabar
hari ini??? Aku mencintaimu karena Allah. Muach, Hehehe. Kak Fatih
tahu enggak, sekarang aku udah mengandung 7 bulan nich. Adek kecil
udah mau keluar lho… Kak Fatih, kalau anaknya laki-laki namanya
Abdillah Fatih yaa, kalau perempuan namanya Putri Fatih… Harus
sutuju lho kak. Hehehe
Kak aku seneng bisa
mendampingimu. Sosok laki-laki yang hebat dan takkan mudah
dikalahkan. Cie cie… Aku cinta kamu kak. Aku sayang kamu kasihku.
Kak, sebenarnya aku pengen ngomong serius ma kamu. Tapi kamu lagi
sibuk ya dengan studi kamu. Ya udah enggak papa. Aku tulis lewat
surat ini aja yaa??
Kak Fatih, kakak
tahu kan kalau aku punya penyakit lemah jantung. Adek kemarin udah
periksa ke dokter Zahra, katanya kandunganku baik-baik aja. Tapi
katanya jantungku tidak kuat untuk melahirkan… Ada 3 kemungkinan
dengan kandunganku saat melahirkan, yaitu Ibunya yang meninggal,
anaknya yang meninggal atau ibu dan anaknya yang meninggal. Kak,
Aku`sedih tapi aku akan berusaha kok untuk menggapai sebuah
kemungkinan yang hampir mustahil yaitu ibu dan anaknya selamat. Aku
ingin menjadi pendamping yang kuat dan menjadi seorang ibu yang
melahirkan anak hebat.
Kak, seandainya adik
tidak selamat, kakak jangan sedih yaa??? Kakak enggak boleh nangis
kak, please aku mohon. Kakak harus kuat, tabah dan tegar. Aku percaya
kalau kakak adalah laki-laki hebat. Aku juga minta maaf enggak bisa
mendampingi kakak lama. Maafkan aku. Kak, terimakasih yaa atas
ketulusan cinta kakak padaku. Aku bangga punya suami seperti kakak.
Seandainya adik telah tiada, adik pengen kakak mewujudkan impian
kakak untuk mempunyai anak 4. Adik selalu menunggumu di surga
Yang selalu
Mencintaimu
Sarah
Air
mata Fatih mengalir deras. Rindunya semakin memuncak cintanya telah
bertumpuk-tumpuk. Fatih sangat cinta pada istrinya. “Maaf aku
enggak bisa memenuhi permohonanmu yang terakhir”. “Aku hanya
cinta kamu”. Kata Fatih lirih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar