edisi mei
Aku
ingin bahagia.
Tetangga sebelah
kiriku punya anak balita bernama Iqbal. Tetangga sebelah kananku juga
punya balita, namanya Deka. Keduanya adalah anak yang ganteng dan
ceria. Usia mereka Cuma selisih setahun, Deka lebih tua. Pagi-pagi
mereka sudah maen. Gentian saling nyamperin. Sorenya sambil makan,
keduanya bermain lagi. Kalau sore biasanya balitanya tambah. Seru
dech suasananya.
Mungkin karena anak
laki ya … biasanya awalnya Iqbal dan Deka main baek-baek saja, tapi
karena entah karena rebutan mainan atau apa membuat mereka
bertengkar, saling tampar bahkan saling pukul. Kalau salah satu ada
yang nangis barulah selesai. Begitu terus. Tapi mereka tidak bosan
untuk maen lagi. Mereka gampang banget lupa kejadian yang barusan
terjadi apalagi yang kemaren. Habis berantem mereka bisa tertawa
bersama lagi. Asyik-asyikan lagi. Aku yang mengganti jadi malu pada
mereka. Aku yang sudah kepala 4, kalo marah awet. Mangkelnya sulit
hilang. Walo kepada suami dan anak-anak sendiri. Wah… wah…
bodohnya aku nyimpen-nyimpen rasa marah yang ujungnya jadi sumber
penyakit.
Suatu sore aku ngaji
Tauziah dari Ustadzah kena banget. Untung aja gak sempat
K.O…hi…hi…hi…. karena pas kena ulu hatiku. Ustadzah bilang
orang yang paling bahagia adalah orang yang melupakan kesalahan orang
lain. Sebaliknya orang yang sengsara/celaka adalah orang yang
mengingat-ingat kesalahan orang lain. Ternyata selama ini aku salah
besar dalam memandang bahagia dan sengsara. Akupun bertekad tidak
ingin jadi orang sengsara apalagi celaka. Aku ingin bahagia. Hidup
sekali harus bagagia, karena itu tidak sulit. Aku juga belajar dari
Iqbal yang gampang melupakan kesalahan teman. Aku tahu Iqbal lebih
sering dijahilin Deka. Usahaku yang pertama, melupakan kesalahan
kakakku sendiri, juga anaknya. Setelah ku coba ternyata enak …. Ada
beban yang berkurang. Perlahan namun pasti akan ku kikis sifat dendam
dan amarahku. Maafkan aku ya suamiku … anak-anakku … selama ini
aku terlalu banyak marah yang tidak karuan dan menyakiti perasaan
kalian ….
Terimakasih juga
kepada Ustadzah Supiyati atas tausiahnya. Aku ingin bahagia ….
Bahagia …. Bahagia.
Sri
Lestari
Ibu
Rumah Tangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar