Kamis, 15 Maret 2012

Diaryku ….



Belajar pada anak-anakku. Dua bujangku kini telah remaja. Anak pertamaku, Kamal namanya. Adiknya Aziz, Abdillah Azis lengkapnya. Keduanya punya banyak kesamaan. Hobi dan kecenderungannyapun hampir sama. Ada temanku bilang, punya 2 anak yang banyak kesamaannya lebih enak daripada yang mencolok perbedaannya. Insya Alloh akan akur sampai dewasa. Amin. Amin. Amin.
Kedua anakku adalah remaja sederhana dan tidak neko-neko. Prestasi disekolahnya pun cukup membanggakan. Untuk urusan agama, dibanding remaja lain, keduanya termasuk taat. Bahkan sikecil Azis, sejak kelas dua SMP sudah puasa Senin-Kamis, kalau ada udzur barulah bolong. Amang kakaknya “baru” kadang-kadang aja puasa. Aku tidak pernah memaksanya, tapi jika aku memintanya untuk puasa, pasti dia puasa juga. Amang ya … Aku lebih senang memanggilnya dengan Amang untuk si sulung. Ikut-ikutan waktu adiknya masih celat (cadhel) belum bisa memanggil Kamal, jadilah Amang. Bagiku lebih familier.
Aku bersyukur kepada Alloh SWT, keduanya punya sifat pemurah, akupun belajar terus kepada keduanya. Berikut ini contoh kemurahan anakku. Ku mulai dari si sulungn dulu ya ….
·         Dia meminjamkan seragam celana olahraganya kepada temannya yang kurang beruntung. Selama setahun dipinjaminya, terakhir untuk ujian akhir praktik. Temannya sangat berterima kasih bisa ikut pelajaran olahraga  tanpa malu karena slewah (berbeda) dengan temannya dan bagus.

·         Amang punya dua sepatu untuk sekolah. Ada temannya terpilih ikut lomba tonti, sayang sepatunya tidak mau dikompromi lagi untuk dipakai latihan. Karena belum ada kesempatan untuk beli, dipinjemnya sepatu Amang. Tanpa keberatan, dipinjamkannya sepatu kesayangannya untuk latihan tonti selama sebulan … sayang sekolahnya belum kecipratan juara.

·         Ada lagi  temannya yang kurang mampu. Tidak ada kendaraan untuk sekolah, naik angkot boros, jalan kaki capek. Lagi-lagi anakku menjadi solusi bagi temannya. Setelah nganter adiknya, disamperin juga teman sekalian pulang diantarnya juga. Ini terjadi berbulan-bulan, sampai akhirnya mereka pisah karena beda jurusan.

Untuk contoh-contoh diatas, si sulung melakukannya tanpa ada penyesalan dan gerutu. Setahuku dia ikhlas saja. Mungkin bagi orang lain hal diatas adalah hal sepele, tapi bagiku merupakan  hal yang membanggakan. Inilah benih-benih kepedulian, kasih sayang yang harus dipupuk. Umi salut anakku, pesen Umi tetap Istiqomah ya le …. Orang yang pemurah buanyaak sahabatnya.
Untuk cerita si bungsu diedisi berikutnya ya …..
Salam . . . . . .

Sri Lestari
Ibu Rumah Tangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar