28 Oktober 2012
Rasan – Rasan
Beberapa hari
ini media massa banyak memberitakan Bapak Dahlan Iskan, beliau adalah Bapak
Menteri BUMN. Pernyataan beliau tentang ada sejumlah anggota DPR yang suka
minta “fee” 5% kepada sejumlah Direktur BUMN. Kontan saja pernyataan beliau
membuat merah telinga kalangan DPR.
Menanggapi
hal itu DPR pun tak mau kalah. DPR memaparkan ada pemborosan 37 Triliun setiap
tahun dari PLN. Kebetulan waktu itu yang menjabat direktur PLN adalah Dahlan Iskan.
DPR ingin meminta keteranga perihal pemborosan yang sangat merugikan Negara
itu.
Bapak
Dahlan Iskan bersikap santai menanggapi semua itu. Yang patut kita teladani
adalah ucapan beliau yang mengatakan : “ kalau memang kebijakan yang beliau
ambil dianggap salah dan merugikan Negara, maka beliau pun menerima. Seandainya
akibat kesalahannya itu, beliau harus
masuk penjara dan diberhentikan dari jabatan menteri BUMN, dengan ikhlas
dilepasnya jabatannya dan ada di penjara untuk menebus kesalahannya.” Toh
beliau tidak pernah meminta jabatan itu, jadi ya tidak ada rasa berat untuk
kehilangan semuanya.
Subhanalloh…
Subhanalloh… Subhanalloh… inilah contoh langka pejabat yang ksatria menghadapi
apapun dari jabatannya. Dengan besar hati dan tawadlu siap menerima kemungkinan
terburuk sebagai konsekuensi kebijakan yang diambil. Setahu saya baru ada dua
tokoh yang bersikap demikian, beberapa tahun yang lalu Bapak Amin Rais juga
melakukan hal yang sama ketika ada sedikit kasus di PAN.
Sikap demikian
sangat kontras denngan oknum anggota DPR, pejabat yang tersandung kasus. Merka
gemar melakukan bantahan, membela diri, menyerang balik dan suka berkelit.
Tidak jarang menyeret teman – temannya yang ikut menikmati kecurangannya. Yang
demikian itu menyebabkan kasus berlarut – larut, lama kelamaan terlupakan
karena ada kasus baru.
Seandainya semua
yang tersandung kasus bersikap seperti Bapak Dahlan dan Bapak Amin tentu semua
masalah akan cepat selesai dengan tuntas. Para penegak hukum tidak terlalu
berat pekerjannya, dana yang dikeluarkan relative sedikit.
Yang
terjadi sekarang berkas kasus sangat banyak, bahkan kasus yang terjadi tahun
2004 baru disidang tahun 2012. Selain banyak, penangannannya juga tidak jelas.
Hal ini menyebabkan masyarakat pesimis, apatis dan tidak percaya lagi pada
aparat hukum.
Marilah kita
apresiasi sikap ksatria dan legowo nya Bapak Dahlan Iskan. Memang perlu
keberanian untuk sikap mulia ini, tapi belum terlambat untuk memulainya. Semog
sikap ini dapat mengispirasi siapapun yang sedang tersandung kasus. Insya Alloh
masyarakat akan memberikan penghargaan yang tulus dan memaafkan. Budaya sikap
ksatria adalah budaya mulia. Marilah kita hidupkan lagi budaya asli Indnesia
ini, sebelum hilang secara perlahan, sebagai rasa cinta kita terhadap
Indonesia.
Hidup
Indonesia!!!! Hidup Indonesia!!!! Hidup Indonesia!!!!
Salam
Sri Lestari
Ibu rumah tangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar