Jumat, 30 Desember 2011

Tinggalkan Tahun Baru-an, Cukuplah Islam sebagai Kebanggaan!




 
Kamis, 29 Desember 2011
Oleh: Saefurrahman
BEBERAPA hari lagi, kita akan meninggalkan tahun 2011, lalu memasuki tahun baru 2012 masehi. Fenomena perpindahan tahun ini menjadi momen spesial bagi sebagian besar orang. Dari belahan bumi bagian barat sampai bagian timur, dari utara sampai selatan. Semuanya merayakan detik-detik datangnya tahun baru masehi. Tiupan terompet terdengar di mana-mana, petasan dan kembang api berhamburan menghiasi  langit, pesta musik bergemuruh di berbagai tempat. Acara televisi pun semarak dengan nuansa tahun baru. Semua orang berhura-hura dan bergembira ria sepuasnya.
Namun ada fenomena menyedihkan di tengah semaraknya tahun baru itu. Meriahnya tahun baru berbanding lurus dengan meriahnya kemaksiatan di mana-mana. Ada yang berpesta dengan minuman keras, mengonsumsi obat-abatan terlarang, hingga melakukan pergaulan bebas di malam itu. Hal ini adalah sebuah keprihatinan bagi masyarakat Indonesia sebagai negeri mayoritas Muslim. Sungguh bisa menjadi cermin buruk bagi negeri Muslim lainnya. Apalagi akhir-akhir ini kerusakan moral bangsa ini sudah sangat mengkhawatirkan.
Jajaran Direktorat IV Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri pada 25 Oktober 2011 silam menangkap pengirim dan penerima paket daun ganja asal Aceh seberat 50 kilogram senilai Rp 125 juta. Daun ganja yang dikemas dalam dua peti kayu dan menggunakan jasa pengiriman atau ekspedisi itu diduga dipasok dari Aceh untuk malam Tahun Baru 2012 di Jakarta dan beberapa tempat lainnya.(www.tribunnews.com)
Bukan hal yang aneh. Menjelang pesta pergantian tahun 2010/2011, dikabarkan permintaan alat kontrasepsi khususnya kondom di sejumlah daerah ludes diborong. Di beberapa apotik di Yogyakarta pasokan kondom mengalami peningkatan yang cukup tajam. Bahkan, salah satu apotek di kawasan jalan Yogya-Parangtritis mengalami peningkatan permintaan hingga 100 persen. (suaramerdeka.com, 01 Januari 2011).
Data-data di atas menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mengalami kerusakan moral yang luar biasa. Maka dari itu, adanya perayaan malam tahun baru akan semakin menambah daftar panjang kasus kerusakan moral di negeri ini. Sangat mungkin terjadi banyak pasangan muda rela melepaskan kehormatannya hanya demi merayakan fenomena tahun baru masehi. Hal ini mesti menjadi perhatian kita bersama, baik bagi orang tua, guru, ulama, pemerintah, dan lainnya.

Sekilas Sejarah
Ada baiknya kita mengetahui bagaimana sebenarnya sejarah lahirnya tahun baru masehi. Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada  1 Januari.
Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus. (http://id.wikipedia.org)
Januarius (januari) dipilih sebagai bulan pertama karena dua alasan. Pertama, diambil dari nama dewa Romawi bernama “Janus”, yaitu dewa yang bermuka dua. Satu muka menghadap ke depan dan satu lagi menghadap ke belakang. Dewa Janus konon adalah dewa penjaga gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju tahun yang baru. Kedua, karena 1 Januari jatuh pada masa puncak musim dingin. Di saat itu biasanya pemilihan consul diadakan, karena semua aktifitas umumnya libur dan semua senat dapat berkumpul untuk memilih konsul. Di bulan Februari konsul yang terpilih dapat diberkati dalam upacara menyambut musim semi yang artinya menyambut hal yang baru.
Penjelasan di atas sangat jelas membuktikan bahwa tahun baru masehi berasal dari tradisi Barat. Tentu sangat aneh jika kaum Muslim yang memiliki tradisi Islam ikut membaur dalam perayaan itu. Padahal Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  telah mewanti-wanti kepada umatnya agar tidak mengikuti tradisi agama lain.
Beliau bersabda: "Sungguh kalian akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian selangkah-demi selangkah, hingga kalian masuk lubang biawak sekalipun kalian akan ikut memasukinya". Para sahabat bertanya: "Maksudnya Yahudi dan Nasrani?. Lalu siapa lagi." jawab Rasulullah. (HR Muslim).
Imam Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan, “Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziiro’ (hasta) serta lubang dhob, adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum Muslim sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashrani. Yaitu kaum Muslim mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal kekufuran. Perkataan beliau (Nabi saw) ini adalah suatu mukjizat bagi beliau, karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat-saat ini.” (Imam Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16/220)
Dalam hadits lain disebutkan, "Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan kaum itu." (HR Ahmad dan Abu Daud).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Hadits ini –yang paling ringan- menuntut pengharaman tasyabbuh (menyerupai) mereka, walaupun dzahirnya mengkafirkan orang yang menyerupai mereka seperti dalam firman Allah Subhanahu wa-ta’ala (سبحانه و تعالى‎);
وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِي
“Siapa di antara kamu yang berloyal kepada mereka, maka sungguh ia bagian dari mereka.” (QS. Al-Maidah: 51).”
Dalam ayat lain disebutkan;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَنْ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنْتُمْ وَمَنْ يَفْعَلْهُ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi aulia' (teman-teman setia) yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barang siapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus." (QS: Al Mumtahanah: 1)

Dengan penjelasan ini, jika tradisi dari Barat itu baik dan konstruktif tidak masalah, seperti mengikuti kemajuan teknologi mereka, namun yang diikuti adalah jelas-jelas hal-hal yang menimbulkan kerusakan moral, terutama bagi generasi muda.
Dalam malam tahun baru itu, pasti tidak bisa dipisahkan dengan berpesta-pora, berikhtilat (bercampur baur) antara laki-laki dan perempuan. Bisa juga diselingi menenggak minuman keras, mengkonsumsi narkoba, melakukan kemubadziran dengan menyalakan petasan dan kembang api, dan masih banyak hal-hal dekstruktif yang ujungnya dikategorikan pada maksiat.
Hal-hal tersebut di atas sangat jelas bertolak belakang dengan apa yang diajarkan Islam.
Untuk itu, umat Islam hendaknya lebih cerdas dan bijak dalam menyikapi hal-hal yang berasal dari tradisi asing.
Marilah kita mulai pada diri kita untuk berfikir lebih cerdas. Apakah semua tradisi budaya itu membawa kemanfaatan atau malah membuat kerusakan pada diri, keluarga, teman atau anak-anak kita. Jika memang membawa kemaslahatan bisa kita ambil, namun jika ternyata hanya membawa kerusakan, maka harus kita dibuang sejauh-jauhnya. Maka tak ada salahnya saya ucapkan, tinggalkanlah tradisi Tahun Baru-an, dan cukuplah Islam saja sebagai kebanggaan kita!. Wallahu a’lam bis shawab.
Penulis adalah peminat masalah keagamaan

Red: Cholis Akbar

MUI: Film Karya Hanung Mendukung Orang Murtad




 
Kamis, 07 April 2011
Hidayatullah.com—Untuk kesekian kali, sutradara Hanung Bramantyo kembali menui kecaman. Setidaknya, dua institusi besar, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Banser Nahdlatul Ulama menyatakan kekecewaannya.
Film terbaru garapan Hanung yang berjudul '?' (baca: Tanda Tanya) yang mulai menghiasi layar lebar di Indonesia pada 7 April 2011 dan diputar perdana di Planet Hollywood, Jakarta Selatan dinilai MUI telah menyebarkan paham syirik modern bernama “pluralisme agama”.
“Setelah saya menyaksikan film TANDA TANYA, karya Hanung , produksi Mahaka Picture (Kelpok Republika), saya menyatakan; "Film itu menyebarkan paham syirik modern (Pluralisme Agama), mendukung orang murtad dari Islam, menyatakan semua agama menuju Tuhan yang sama, mencampuradukkan antara tauhid dan syirik, antara iman dan kufur, dan berlebih-lebihan dalam menggambarkan konflik antar agama,” demikian disampaikan KH A.Cholil Ridwan, Ketua MUI Bidang Budaya kepada redaksi hidayatullah.com, Kamis (07/3) malam.
Selain itu, Kiai Cholil juga meminta kaum Muslim agar waspada terhadap propaganda kemusyrikan berkedok membina kerukunan seperti film yang telah dikampanyekan Hanung tersebut. Kiai Cholil mengingatkan, dalam al-Quran Surat Al An’am: 112 telah disebutkan, bahwa Allah telah menjadikan setan-setan dari jenis manusia yang selalu membisikkan kata-kata indah untuk menipu.
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” [Quran Surat 6:112]
Sementara itu di tempat berbeda, Banser Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Kota Surabaya juga mengecam penayangan film tersebut yang dinilai telah mendiskreditkan sosok Banser.
Sekretaris Satkorcab Banser Kota Surabaya M Hasyim As'ari, Rabu (6/4) mengatakan, protes tersebut dilakukan karena dalam film tersebut Hanung menukil peran Soleh sebagai sosok Banser dengan beragam perannya sesuai fakta di masyarakat.
Menurut Hasyim, Hanung harus meminta maaf kepada para tokoh Banser sekaligus merevisi film tersebut. "Banyak yang tidak terima penggunaan seragam Banser yang tanpa meminta izin itu," kata Hasyim dikutip Antara.
Sebelum ini, sejumlah tokoh Islam pernah mengecam film karyanya yang berjudul Perempuan Berkalung Sorban (PBS). KH. Prof Dr Ali Mustafa Yakub, Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang dinilai telah mendiskreditkan pesantren.
Sementara itu, sineas Chaerul Umam berkesimpulan, film PBS sarat dengan propaganda paham liberalisme, budaya jahiliyah, bahkan nilai-nilai Kristiani. Dicontohkannya, dalam salah satu adegan film itu, Annisa (santriwati tokoh utama PBS yang diperankan Revalina S. Temat) mengajak bekas pacarnya, Khudori, untuk berzina di kandang kuda. Meski Khudori menolak, namun keduanya sudah kadung ketangkap basah. Hanya dengan bukti jilbab Annisa yang terlepas dari kepala, massa menuntut keduanya dihukum rajam.*
Foto: pnri
Sumber :
Red: Cholis Akbar

Sikap Mufti Saudi dalam “Perpolitikan Wanita”, Dulu dan Kini




 
Senin, 26 September 2011
Hidayatullah.com--Wanita boleh menjadi anggota Majelis Syura Saudi dan mencalonkan diri dalam pemilu baladiyah (lokal) serta memiliki hak untuk memilih para calon setelah Raja Abdullah memutuskan hal itu pada hari Ahad kemarin, dan itu atas saran dari Hai’ah Kibar Ulama Saudi.
Sebagaimana dilansir alarabiya.net (25/9/2011) Raja Abdullah menyatakan, "Oleh karena kita menolak marjinalisasi perempuan dalam masyarakat Saudi di setiap bidang profesi mereka, sesuai dengan aturan syariat dan bermusyawarah dengan banyak ulama kita, khususnya yang berada di Haiah Kibar Ulama dan di luarnya, yang memandang hal ini baik dan mendukungnya.” 
Pengumuman tersebut disampaikan Raja Abdullah dalam pidatonya di Dewan Syura, yang juga dihadiri oleh Mufti Besar Arab Saudi serta Ketua Hai’ah Kibar Ulama Syeikh Abdul Aziz Ali Asyeikh, sebagaiman diansir Al Iqtishadiyah (25/9/2011)
Mufti Pernah Tolak Wanita Masuk Syura
Namun, pada fatwa yang masih tertulis di situs resmi Syeikh Abdul Aziz Ali As Syaikh ini, mufti.af.org.sa, sikapnya berbeda. Beliau menolak tuntutan wanita masuk syurah. Ini terlihat dalam fatwa yang merespon adanya pembicaraan di kalangan kaum wanita intelektual Saudi mengenai keikutsertaan wanita dalam perpolitikan , termasuk keikut sertaan mereka dalam Majelis Syura dan mengikuti pemilu.
Syeikh Abdul Aziz menjawab dengan menjelaskan bahwa Yahudi dan Nashrani memiliki rasa iri yang besar kepada umat Islam, hingga mereka menginginkan umat Islam menjadi kufur seperti mereka.
Kemudian beliau mengajak agar tuntutan-tuntutan untuk mengikutsertakan wanita dalam perpolitikan agar ditinjau ulang,”Aku menyatakan, sesungguhnya tuntutan-tuntutan ini dan semisalnya harus ditinjau ulang, apakah ia merupakan bentuk pengabdian terhadap Islam? Apakah membantu memberi kontribusi pada umat? Apakah menyebabkan tingginya agama ini?”
Syeikh Abdul Aziz juga menilai bahwa tuntutan persamaan hak merupakan salah satu bentuk tipu daya musuh,”Ada apa yang mereka promosikan di masa-masa akhir ini dari hak-hak wanita, sesungguhnya semua ini merupakan bentuk dari tipu daya.”
Di akhir tulisan, Syeikh Abdul Aziz mengajak agar semua pihak bersama-sama melawan langkah-langkah musuh, dan hal itu lebih dari masalah keikutsertaan wanita dalam syura atau persamaan serta seruan sejenisnya.
Fatwa itu sendiri terbit pada bulan Jumadi Akhir 1427 H di majalah Al Buhuts Al Islamiyah, edisi 78.*

Rep: Thoriq
Red: Cholis Akbar

Kenali Sindrom Pohon Natal




 
Rabu, 28 Desember 2011
Hidayatullah.com--Berdasarkan penelitan terbaru, pohon Natal bisa dipersalahkan atas sejumlah keluhan gangguan kesehatan, begitu dilansir The Telegraph (18/12/2011).

Dekorasi utama selama perayaan Natal itu dituding menjadi pemicu munculnya sejumlah keluhan sakit, mulai dari mengi (sesak napas/bengek), batuk, kelelahan dan insomnia.

Kondisi "Sindrom pohon Natal' tersebut disebabkan oleh cendawan yang tumbuh di pohon-pohon Natal, di mana sporanya terhirup masuk ke dalam tubuh saat orang bernapas.

Sindrom itu ditemukan oleh ilmuwan dari Upstate Medical University, bagian dari Universitas Negeri New York, yang melakukan penelitian setelah mencermati adanya peningkatan sakit pernapasan beberapa pekan sebelum dan sesudah tanggal 25 Desember.

Tim peneliti mengumpulkan potongan dari 28 pohon Natal termasuk needle (pinophyta tumbuhan berdaun jarum, cemara) beserta kulit batangnya dari berbagai jenis, dan mereka menemukan 53 cendawan.

Dari cendawan-cendawan itu, sebanyak 70 persennya dapat menyebabkan hidung gatal, mata berair, batuk, napas pendek, dada sakit, hidung tersumbat, merasa lelah dan gangguan tidur.

Beberapa cendawan yang berhasil diidentifikasi bahkan dapat menyebabkan gangguan paru-paru dalam jangka panjang, bronkhitis dan pneumonia.

Cendawan itu secara alami tumbuh di jenis tanaman yang biasa dijadikan dekorasi pohon Natal. Dan dapat tetap tumbuh di udara hangat di dalam rumah.

Pada artikel yang ditulis tim peneliti dalam Annals of Allergy, Asthma and Immunology,  juga dilaporkan tentang kajian lain yang menemukan bahwa setelah pohon Natal dipajang selama dua pekan, jumlah spora cendawan di udara bertambah dari 800 per 35 kaki kubik menjadi 5.000.

Pemimpin penelitian itu, Dr. Lawrence Kurlandsky, mengatakan bahwa ia merawat pasien-pasien di mana jelas terdapat hubungan antara penyakit dengan pohon-pohon Natal mereka.

"Saya punya pasien di mana terdapat hubungan antara penyakit dan keberadaan pohon Natal yang sangat jelas," katanya.

"Saya jelaskan bahwa ada tempat-tempat yang lebih bagus untuk melewati malam Natal daripada pergi ke dokter, dan mungkin tidak usah pasang pohon atau pasang yang palsu saja," kata Kurlandsky.

Jika orang bersikeras mau pasang pohon itu, Kurlandsky menyarankan agar dibersihkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam rumah dan cepat-cepat disingkirkan begitu hari Natal lewat.*

Red: Dija

Zionis Israel Siapkan Perang Baru di Gaza


 
Kamis, 29 Desember 2011
Hidayatullah.com--Seorang pejabat militer Zionis hari Rabu (28/12/2011) mengatakan bahwa mereka telah mempersiapkan operasi militer baru di Jalur Gaza yang berbeda dengan Operation Cast Lead.

"Kami sedang mempersiapkan, bahkan sudah siap untuk pertempuran lain, yang akan beragam dan berbeda, guna memperbaharui cara bertempur kami," kata Tel Hermoni, komandan Brigade Selatan dari Divisi Gaza kepada para wartawan seperti dikutip Maan dari Haaretz.

Haaretz menulis, petinggi-petinggi militer Israel telah mempersiapkan rencana perang baru di Jalur Gaza, yang akan lebih singkat dari serangan tahun 2008-2009 Operation Cast Lead selama tiga pekan, namun dengan kekuatan tempur yang lebih besar.

Sementara itu pada hari Selasa, Hamas menyatakan tidak akan terintimidasi dengan ancaman Israel yang akan melancarkan serangan baru, dan memuji keteguhan dari rakyat Palestina di Gaza.

"Bukannya terhapus dari peta, Gaza bahkan menjadi kiblat baru orang-orang merdeka di seluruh dunia dan simbol dari martabat orang-orang yang sedang dijajah," kata Sami Abu Zuhri, jurubicara Hamas dikutip Maan (29/12/2011).*

Di belakang Pria yang Kuat, Selalu Ada Wanita Hebat!




 
Kamis, 29 Desember 2011
BETAPA  hebat menjadi wanita. Lembut, penuh kasih, dilindungi, dihormati dan dihargai. Kehadirannya diperlukan oleh setiap manusia di semua peringkat usia. Sebagai anak dia menyenangkan. Sebagai saudara, dia menenteramkan. Sebagai isteri, dia menginspirasi. Sebagai ibu, dia pendidik ulung dan sebagai  teman, dia dikenal sebagai penasihat yang ikhlas.
Di sebalik kekurangannya dari sisi akal dan agama, dalam banyak situasi, wanitalah pemeran utama di belakang layar. Baik pendidikan yang diterimanya, baiklah pula pengaruh yang dibawanya.
Boleh dikatakan, wanita adalah penentu jatuh atau tegaknya pria. Malah dalam banyak kisah dari seluruh dunia , dialah yang membangunkan pria, memberikan motivasi dan buah fikiran yang tak dapat ditepikan.
Hal yang sama berlaku kepada keluarga Muslim-mukmin yang cinta li ilah li kalimatillah, jihad fi sabilillah. 
Dalam sebuah keluarga, posisi paling penting adalah sebagai isteri, karena dialah orang yang paling dekat dan paling mengerti suaminya. Di sinilah letaknya makna syarikatul hayah (pasangan kehidupan), yang setia menjadi sayap suami dalam keadaan suaminya hadir dan sewaktu ketiadaannya. Bersungguh-sungguh berusaha membantu secara hakiki dan maknawi dalam mencapai cita-cita hidup mulia atau mati syahid.
Firman Allah  Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎) di dalam surah At-Taubah, ayat 71;
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ
اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang mukmin pria dan wanita, sebahagian daripada mereka adalah penolong bagi sebahagian yang lain, mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, mereka mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan ta’at kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan dirahmati Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Bijaksana.”   
Apakah syarikatul hayah (partner kehidupan?), apakah kriteria yang diperlukan? Secara ideal, seorang wanita Muslim haruslah memiliki modal:
1.  Memiliki tingkat iman dan taqwa yang memadai
Paling tidak, mampu membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Cukup pula untuk dia memilih dan memilah yang halal, haram dan yang syubhat. Dengan demikian, dia menggenggam izzah-nya dengan kuat.
Bila sudah berbekal dengan iman dan taqwa, dia tidak akan mudah berputus asa dan kemudian diserang kemurungan apabila ditimpa musibah. Dan dua bekal tersebut akan menjadi benteng dirinya dari terjebak ke dalam perbuatan atau kerja yang berisiko mengancam aqidah dan akhlaq.
2. Sebaiknya dia menguasai ilmu dien dan akademik
Wanita yang berwawasan akan menyadari kepentingan ilmu lantaran dialah yang akan memikul tanggung-jawab sebagai guru besar kepada anak-anaknya, baik semasa keberadaan suami  di rumah maupun pada saat ketidakhadiran suami. Dengan ilmu, dia mampu berperan sebagai pembantu pribadi suami dan berupaya menjadi pendidik kepada anak-anaknya.
Sementara dengan kemahiran atau skill-skill tertentu, antara lain, memasak, menjahit, mengajar, memandu kenderaan dan lain-lain, dia akan memiliki inisiatif dan kreativitas dalam menjalani hidup, baik bersama suami mahupun ketika bersendirian.
3. Berkemampuan mengendali emosi
Wanita Muslim yang baik, ia harus sanggup bersusah-payah dan berusaha untuk qanaah, karena suami yang cintakan Allah, agama dan jihad akan otomatis menjadikan dunia sebagai sarana menuju akhirat, bukan sebagai kesenangan dunia semata. Menurut istilah Imam Asy-Syafii rahimahullah, “Hakikat zuhud adalah tidak meletakkan dunia di hatinya.”
Ini bermakna, bahwa seorang isteri harus kuat menahan hati dan emosi bila suatu saat, kekayaan kita mulai berkurang.
4. Memiliki mental yang kuat
Dalam bahasa yang lebih mudah, wanita harus kuat menahan perasaan. Ada banyak kondisi dan situasi yang menuntut kemampuan ini; kepergian suami dalam waktu lama, anak yang sakit di kala suami sibuk dan tak dapat mendampingi, keperluan ummat yang menyita waktu bersama suami. Atau ujian berat, ketika para wanita mendapati suami-suami mereka di penjara. Sementara keluarga yang tidak mendukung dan kondisi keuangan yang tidak stabil, adalah satu hal yang tak dapat tepiskan begitu saja. Bahkan berat pula kondisi ketika para suami berkeinginan “membantu” mengangkat derajat kaum hawa menjadi pendamping.
Sungguh luar biasa semua itu, jika perasaan marah, cengeng,  dan cemburunya mampu diletakkan di tempat yang betul dan baik serta wajar.
5. Mampu mengawal diri dari sifat buruk yang timbul dari situasi tertentu
Sifat buruk di sini antara lain adalah; membanggakan diri sebagai isteri, dengan itu dia paling tau banyak hal. Membanggakan suami dan merendahkan orang lain bisa juga menganggap dirinya orang paling malang dan paling memerlukan perhatian banyak orang ketika sedang  ditimpa musibah dan lain sebagainya.
6. Memiliki daya tahan dan kemahuan yang kuat
Daya tahan seorang istri-lah yang menjadi inspirasi dan menjadi pendorong utama para suami untuk melaksanakan amal dan karir. Dia ibarat  antibodi yang gigih melawan sembarang jenis bakteri, kuman dan  virus yang menyerang jiwa dan semangat suami dan keluarga.
Dia berkemauan kuat untuk bersama-sama suaminya menempuh ombak lautan perjuangan di dalam kapal bernama “jihad” dan rumahtangga menuju jannah Rabbnya. Dengan kemauan kuat yang kadang kelihatan seperti sebuah kedegilan, jiwa rapuh ditegakkan, semangat layu disegarkan dan air mata diusap dan diganti dengan senyuman.
7. Selalu berinisiatif untuk kelihatan menarik di mata suami
Wanita Muslim harus menarik dari berbagai segi; penampilan, cara berpakaian, berfikir, bersikap, berbicara dan mengambil keputusan, dalam waktu senang maupun susah. Wanita sebeginilah yang Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  maksudkan dalam sebuah ucapannya,
“Tidakkah mau aku kabarkan kepada kamu tentang sesuatu yang paling baik dari seorang wanita? Wanita sholehah adalah wanita yang bila dilihat suaminya menyenangkan, bila diperintah ia mentaatinya dan bila suaminya meninggalkannya, ia menjaga diri dan harta suaminya.” [Hadith riwayat Abu Daud dan An-Nasa’i)
Berbahagialah wanita yang membahagiakan suaminya.  Pria yang berjaya adalah pria yang bahagia lantaran telah memperoleh sebaik-baik perhiasan.
Rasulullah dalam sebuah haditsnya mengatakan,  "Ad dunya mata', wa khoiru mata'iha al mar'atus Shalihat." (dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah isteri Shalihat, HR. Muslim)
Pria yang berjaya adalah pria yang jiwanya bahagia dan merdeka, adalah pria yang tidak terpenjara oleh ulah dan ragam wanita di sisinya. Untuk itu, kesempatan belajar dan hak dididik perlulah diberi kepada kaum wanita. Tak ada ruginya pria memberi kesempatan wanita belajar. “You get what you give.”
Yakinlah, tangan yang menghayun buaian, akan mampu menggoncangkan dunia. Wallahu a’lamu  bish-shawabi. (Hanya Allah yang Maha tahu kebenarannya)
Paridah Abbas, penulis ibu rumah tangga dan seorang pengajar

Ayo Menuntut Ilmu, Jangan Bangga Sebut Awam!




 
Kamis, 29 Desember 2011
RUTINITAS keseharian kadangkala membuat sebagian dari kita menjadi  terhadap pentingnya menuntut ilmu. Hari demi hari pun dilalui tanpa adanya peningkatan kualitas ilmu. Akhirnya, banyak di antara umat Islam yang tingkah lakunya tidak lagi sesuai dengan ajaran Islam.

Pada saat yang sama umat Islam harus berhadapan dengan gelombang jahiliyah modern, yang menjadikan kebanyakan umat Islam kian jauh dari ajaran agamanya. Bahkan ada (karena ilmunya yang sangat minim) yang enjoy saja meninggalkan sholat. Tak nampak sedikit pun rasa gelisah apalagi merasa salah dan berdosa.

Hal ini tentu bukan perkara remeh, justru sangat serius. Sebab sholat merupakan rukun Islam yang menjadi pilar utama tegaknya keimanan dalam diri seorang Muslim. Dalam hadis disebutkan bahwa sholat adalah tiang agama. Siapa yang tidak mendirikan sholat maka ia telah merobohkan agama.

Belum lagi fenomena generasi muda yang kini boleh dikatakan cukup asing dengan al-Qur’an. Jangankan memahami kandungan al-Qur’an, membacanya pun jarang bahkan ada yang tidak bisa membaca al-Qur’an.

Hal inilah yang menjadikan mayoritas umat Islam terseret dalam arus materialisme-kapitalisme. Pergaulan bebas merajalela, kemaksiatan tak terkendali, dan tipu-menipu membudaya. Sampai akhirnya sampailah mereka pada kesimpulan sesat dengan mengatakan, “Mencari yang haram saja susah apalagi yang halal.”  Mengapa pikiran itu tidak kita rubah dengan mengatakan, “Lebih baik mencari sedikit asal halal dan berkah.”

Ada pula pemahaman agak menyesatkan yang menjadi penyakit banyak orang.  Sering di antara kita mengatakan, “Saya ini orang awam, tidak paham agama.” Atau “Saya bukan mahasiswa IAIN dan lulusan pesantren. Jadi biarlah ini diurusi anak IAIN.”
Pernyataanya, sejak kapan kita menjadi Muslim? Jika kita menjadi muslim baru satu-dua tahun, layaknya para muallaf (orang yang baru memeluk Islam), maka, istilah awam menjadi benar.

Sebaliknya sangat ironis,  kita telah Islam semenjak lahir. Tetapi hingga usia kita di atas 30 tahun, kita masih juga menyebut diri awam (maaf, bodoh, red).  Jadilah kita menjadi awam seumur hidup.
Fenomena semacam ini sangat lazim kita jumpai. Bagaimana banyak orang berbanggga menjadi awam terhadap agamanya sendiri.

Dalam pengertian Islam, istilah awam yang benar, seharusnya seorang Muslim sudah mengerti dasar-dasar dan hukum agama. Namun dalam pengertian masyarakat saat ini, awam yang dimaksud adalah jahil, di mana ia justru tidak mengerti sama sekali hukum-hukum agamanya sendiri dan tidak ada usaha dan keinginan untuk belajar menuju lebih baik agar lebih mengerti. Yang terakhir inilah yang banyak kita dapati.

Mereka menjadi awam dalam ilmu-ilmu agama bukan karena otaknya bodoh, tetapi bisa karena ia tak mau dan tak ada usaha untuk mempelajari agamanya secara sungguh-sungguh. Selain itu juga karena mereka tidak memahami konsepsi ilmu dalam Islam.
 
Pemahaman sesat seperti itu adalah dampak dari kurangnya kepedulian umat Islam terhadap ilmu, sehingga iman terpenjara oleh kepentingan nafsu. Seorang Muslim yang imannya terpenjara oleh hawa nafsunya, maka akal dan pikirannya akan mendorong dia semakin jauh dari keberkahan hidup dunia dan akhirat. Dan itulah yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎).
Imam Al- Ghazali  dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin menjelaskan masalah-masalah aqidah dan ibadah wajib,  termasuk ilmu yang fardhu ‘ain (ilmu yang wajib dipelajari). Ilmu yang fardhu ‘ain adalah ilmu yang diperlukan untuk mengamalkan kewajiban sebagai orang Islam (individu).   Contohnya mempelajari ilmu wajib,  sunnah,  makruh, mubah dan subhat dan hal-hal berkaitan dengan syariat Islam adalah wajib.

Sedang ilmu yang fardhu kifâyah dibebankan sebagai kewajiban kelompok. Ilmu seperti ini contohnya  ilmu kedokteran, ilmu ekonomi dan ilmu-ilmu lain yang berkembang di masyarakat. Jika sebagian kaum Muslimin sudah menguasai ilmu itu, maka  gugurlah kewajiban sebagian kaum Muslimin lainnya.
Shalat yang benar, mengerti halal dan haram, benar dalam thaharah adalah kewajiban setiap orang Muslim.
Dengan ilmu seorang Muslim bisa mengenal Allah dengan benar. Dan, tanpa ilmu seorang Muslim bisa terseret pada bujuk rayu syetan. Oleh karena itu, ilmu adalah perkara pokok yang wajib bagi setiap Muslim.

Seorang Muslim, menurut Fakhruddin al-Razi (544 – 606 H), wajib memiliki ilmu sebelum memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎).
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. (QS. 47: 19).

Coba perhatikan ayat di atas, perintah berilmu (mengenal ketauhidan Allah dalam bahasa Al-Razi) Allah dahulukan daripada perintah memohon ampunan. Hal ini menunjukkan bahwa, seorang Muslim hanya akan mampu taat, tunduk, dan patuh kepada Allah  Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎)manakala ia benar-benar mengetahui dengan sebenar-benarnya siapa Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎).
Seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim as, pertama yang diminta olehnya kepada Allah adalah ilmu baru kemudian kesholehan.
(Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang sholeh.” (QS. 26: 83).

Hikmah menurut Al-Razi adalah kesempurnaan pemahaman akan hakikat segala sesuatu. Jadi, nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar dikuatkan kesempurnaan ilmu yang dimiliki, dan diberikan kekuatan untuk mampu mengamalkan ilmu tersebut, sebagaimana hamba-hamba Allah yang sholeh.

Dua ayat tersebut, cukup menjadi bukti bahwa menuntut ilmu (mengenal Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎) secara haq) adalah hal yang utama. Dengan demikian maka, setiap Muslim hendaknya setiap hari berupaya mempertajam keimanannya dengan berusaha secara serius mengenal Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎) dengan benar.

Di mana Menuntut Ilmu?

Secara umum, menuntut ilmu itu bisa dilakukan di mana saja, dan kapan saja. Tentu menuntut ilmu yang paling baik adalah ketika kita berusaha memahami, menggali, mengkaji, meneliti kandungan-kandungan firman-Nya di dalam al-Qur’an.

Atau bisa juga dilakukan dengan cara mengamalkan perintah-perintah Allah Subhanahu wa-ta'ala (سبحانه و تعالى‎). Tentang sabar misalnya, maka praktikkan saja sabar itu, walau berat terasa. Sebab dengan cara mengamalkan itulah kita akan sampai pada satu pemahaman haqqul yakin bahwa sabar itu memang bermanfaat besar bagi kehidupan kita.

Perilaku kita harus berbeda dengan para orientalis. Di mana mereka mengkaji al-Qur’an dan Hadits namun tidak pernah mengimaninya. Hanya menjadi obyek penelitian semata.
Karenanya,  siapapun seorang Muslim yang banyak mengerti tentang Islam namun tidak atau jarang mengamalkannya, maka dia juga tidak akan sampai pada kenikmatan menjadi seorang Muslim yang sesungguhnya.

Budayakan Menuntut Ilmu

Sungguh kita tidak boleh lengah terhadap pentingnya ilmu. Imam Ghazali menyatakan secara tegas bahwa jika ada seorang Muslim yang selama tiga hari tidak mengisi hatinya dengan ilmu, maka ia akan menjadi bangkai berjalan. Ini menjadi bukti nyata bahwa ilmu benar-benar perkara utama.

Bagaimana kita membudayakan menuntut ilmu? Bisa dengan cara menghadiri majlis taklim, pengajian, majelis-majelis ilmu atau sengaja sungguh-sungguh kembali belajar al-Quran dan isi kandungannya, tafsirnya, dan hukum-hukum Islam secara teratur agar bisa mengamalkannya?

Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  bersabda, “Menuntut ilmu wajib setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah).
Dalam hadits lain  Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  bersabda, “Menuntut ilmu adalah wajib bagi Muslim dan Muslimah mulai dari dalam kandungan hingga liang lahat.” (HR. Bukhari).
Tentu pengertiannya tak terbatas dengan umur kita saat ini. Kapanpun ada kesempatan, kita wajib meraihnya.
Ilmu yang dimaksud Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  dalam hadits ini adalah ilmu yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah yang Allah wajibkan kepada setiap hambanya yang Muslim. Setiap muslim wajib mempelajari ilmu tersebut; karena sah atau tidaknya ibadah yang dilakukannya tergantung dengan pengetahuannya. Jangan sampai ketika usia kita sudah di atas 35 tahun dan telah memiliki banyak keturunan, kita masih tidak mengerti hal-hal dasar dan hukum-hukum dalam agama kita sendiri. Apalagi tetap bangga mengaku “awam”. Wallahu a’lam bish-shawab.*/Imam Nawawi

Red: Cholis Akbar

Catatan Akhir Tahun



Share |
Tahun Baru, Tahun "Tuhan" Kami!

 
Jum'at, 30 Desember 2011
Oleh: Rizqo Kamil Ibrahim

“2012” itulah  angka yang 2-3 hari kedepan akan menghiasi halaman surat kabar harian di pojok kanan atas halaman di samping nama bulan. Angka ini lahir dari sistem penanggalan yang disebut “The Gregorian Calendar” atau “Christian Calendar” atau yang dikenal di Indonesia sebagai kalender Masehi”.

Kalender Gregorian diambil dari nama seorang Paus, Paus Gregorius XIII tepatnya. Sang Paus dalam sejarahnya memodifikasi penanggalan Julian yang mana, ia adalah dasar kalender Masehi sekarang ini.

Penanggalan Julian adalah hasil prakarsa Kaisar Romawi yang terkenal  Julius Caesar, ia memperbaiki sistem penangalan Romawi (sistem penanggalan ini diperkenalkan pada abad ke-VII)  dengan berdasar rotasi bumi terhadap Matahari, yakni sebanyak 365 hari dan 1/4 hari.  Dari ¼ hari yang terkumpul setiap tahunnya kemudian ditambahkan setiap empat tahun sekali ke dalam perhitungan tahun yang ke empat tersebut, yang dikenal dengan nama tahun Kabisat.

Setelah cukup lama digunakan ternyata penanggalan  Julian 11 menit 14 detik lebih panjang  dibanding dengan tahun matahari. Akibatnya perhitungan hari dalam setahun kurang 10 hari. Maka sang Paus mengeluarkan maklumat pada Konsili Nicea I, bahwa gereja menambahkan 10 hari dari penanggalan Julian.

Ia juga  menetapkan bahwa tahun-tahun dalam setiap abad yang dapat dibagi dengan 400 adalah tahun kabisat.

Penanggalan ini (Gregorian) menggunakan patokan tahun pertama kelahiran Yesus sebagai tahun 1 Masehi. Sehingga tahun-tahun sesudahnya disebut Anno Domini (disingkat AD), yang bermakna “the year of the lord” (tahun tuhan kami) sedangkan tahun sebelumnya kelahiran Yesus disebut “Before Christ”  (dengan singkatan BC) atau meminjam istilah bahasa Indonesia  “sebelum Masehi”.

Jika perhitungan permulaan kalender  ini benar, maka 2012 adalah usia Nabi Isa alahi As-salam saat ini.

Nabi Isa masih hidup sampai saat ini, dan akan turun suatu saat nanti untuk membasmi “Anti Christ”  atau sering disebuh sebagai “Dajjal”. Soal penyaliban, Allah azza wa jalla telah menerangkan di surat An-Nisaa: 157, bahwa yang disalib adalah “orang yang diserupakan seperti Isa”.

Bunyi lengkapnya seperti ini;

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَـكِن شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُواْ فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِيناً

Dan karena ucapan mereka; "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, 'Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) 'Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah 'Isa.” [An-Nisaa: 157]

Tak ubahnya kalender Masehi yang berpatokan dengan kelahiran Yesus, kalender Hijriyah atawa kalender Islam berpatokan dengan Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)   bedanya ia dimulai dari hijrah Rasulu’l-llah shalla ‘l-llahi alaihi wa sallam bukan kelahiran sang Nabi.

Sebelum adanya penanggalan Islam atau Hijriyah, Kaum Arab belum memiliki sistem penanggalan yang jelas. Mereka (kaum Arab) dalam menentukan kelahiran seseorang, usia seseorang dan sebagainya berpatokan pada kejadian-kejadian 'besar' yang terjadi di tahun tersebut  atau berpatokan pada  tokoh yang terkenal pada saat itu.

Sebagai contoh Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  dicatat dalam sejarah kelahirannya ketika "a mu fiel " atau "bulan gajah", begitu juga abu bakar "ba'da aa mu fiel  bi tsalaastati sinien" (Lahir setelah tiga tahun kejadian tahun gajah).

Dan begitu pula yang berpatokan dengan pada tokoh. Layaknya Rabi'e bin Al-fazari dalam syairnya menjelaskan bahwa usianya sama dengan Hajjar bin Amroe Abie Amrie Alqois.

“Engkau mengirimkan surat yang tidak ada tanggalnya, “begitu tulis Abu musa Al-Asyarie kepada amirul mukminin Umar Radiyallahu anhu. Di saat yang lain  Umar bin Khattab menerima sebuah cek bertuliskan dari fulan kepada fulan yang lain yang berhutang yang waktu pelunasannya di bulan Sya’ban. Umar berkata, “Bulan Sya’ban yang mana? Apakah Sya’ban tahun ini, tahun sebelumnya, atau tahun depan?”

Tak langsung  Umar pun menggelar  musyawarah dalam menentukan sistem penanggalan untuk Daulah Islamiah saat itu. Dengan teritorial kepemimpinan Umar yang cukup luas saat itu, surat-menyurat tak terelakan, terlebih surat perintah, maka tanpa adanya keterangan waktu cukup merepotkan.

Dalam musyawarah, sistem penanggalan Romawi dan Persia dipaparkan, namun sahabat Ridwanullah alaihim tidak mencapai kata sepakat. Selanjutnya mereka sepakat untuk memakai sistem penanggalan  yang mengacu pada Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  sebagaimana yang telah maklum bahwa bulan-bulan Islam dan cara menentukannya telah diketahui sejak zaman Rasul namun penentuan waktu saja yang belum ada pada zaman itu.

“Penanggalan mengacu pada saat diutusnya Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم), ” ujar sebagian, yang lain “dari wafatnya”,”dari “lahirnya”, dan akhirnya mereka para sahabat sepakat bahwa sistem penanggalan mereka ini berpedoman dengan Hijrahnya Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  dari Makkah.

“Lantas, dengan bulan apa dimulai?” “Ramadhan,” jawab sebagian lain. Namun kesepakatan ada pada bulan Muharram sebagai bulan pertama, dengan alasan pada saat itu umat Muslim pulang dari haji dan merupakan bulan “haram”. Hal ini juga merupakan jawaban atas pertanyaan: “Kenapa tahun Hijriyah dimulai dengan bulan Muharram sedangkan Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  berhijrah di bulan Rabiul-Awwal?”
Dan sejak saat itu diberlakukanlah sistem penanggalan Hijriyah, tepatnya pada tahun ke 16 setelah hijrahnya Rasulullah. Dan proses musyawarah dalam menentukan penanggalan hijriyah ini direkam oleh  Imam Thobary dalam kitabnya “Tarikh at-thobary”.
Apesnya, umat muslim Indonesia lebih familiar dengan penanggalan buatan “Sang Paus” daripada penanggalan seorang yang merupakan salah satu dari 10 orang yang langsung masuk surga yaitu, Umar bin Khattab Radiyallahu anhu. Lantas Anak- anak bangsa, asing dengan agamanya sendiri?

Bunyi terompet, raungan motor, letupan kembang api, dan sebagianya sudah sewajarnya dijauhi oleh umat Muslim. Alasannya sederhana; perayaan yang diakui dalam ajaran Islam hanya dua. Sebagaimana yang direkam oleh Abu Daud di Kitab Sunan-nya; “Diriwayatakan dari Anas bin Malik: suatu saat Nabi memasuki kota madinah setelah menempuh perjalanan, di dalam kota suasana ramai selama 2 hari. Nabi Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) bertanya, “Suasana kota ini ramai, ada apa gerangan?” jawab orang-orang: “Kami mengadakan suatu permainan untuk menyambut hari raya jahiliyah” kemudian nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantinya dengan hari raya qurban dan fitri.” (HR.Abu Dawud).

Selain acara seperti ini tidak pernah ditemukan dalam sejarah Islam, kalender Masehi merupakan produk “gereja”. Padahal Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم) bersabda; ”Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu daud)

Terbuangnya waktu dan uang,banyaknya wanita yang tidak menutup bagian yang seharusnya ditutup, dan akan banyak kemunkaran dalam pesta-pesta seperti ini rasanya cukup menjadi alasan untuk kita absen pada saat mengikutinya, apalagi ikut merayakannya.
Terlebih Rasulullah Rasulullah Shalallaahu 'Alaihi Wasallam (صلى الله عليه و سلم)  telah bersabda; "Min husni islami Al-mar I tarkuhu ma la ya'niehi." (Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (Hadist Hasan Riwayat Tirmidzi). Wallahhu a'lam bi 'l-showab.
Penulis peminat masalah keagamaan, kini tinggal di Madinah Al Munawwarah,  Saudi Arabia
Keterangan: Makam Paus Gregorius XIII merayakan pengenalan Kalender Gregorian

Red: Cholis Akbar

Korban Gaya Hidup



 
Share |
45 % Siswa SMP di Surabaya Anggap Seks Saat Pacaran Wajar

 
Sabtu, 31 Desember 2011
Hidayatullah.com—Menandai tutup tahun, masyarakat dikejutkan oleh berita tentang perilaku anak-anak kita. Kabar terbaru datang dari Kota Surabaya. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan,  berhubungan seks saat berpacaran dianggap hal yang wajar, alias bukan hal tabu lagi oleh siswa/siswi sekolah menengah pertama (SMP).
Penelitian terbaru yang dilakukan Hotline Pendidikan menunjukkan, 45 persen siswa SMP menganggap hubungan layaknya suami-istri saat pacaran adalah hal wajar.
"Sungguh mengagetkan. Hasil menunjukkan45 persen dari sampel mengaku aktivitas seksual adalah hal wajar saat berpacaran," kata Direktur Hotline Pendidikan, Isa Ansori, Sabtu (30/12/2011) kepada hidayatullah.com.
Dalam penelitian ini, Hotline Pendidikan meneliti hampir 700 siswa dalam bentuk pembagian quisoner dan wawancara.  Penelitian dilakukan terhadap sejumlah siswa SMP di Kota Surabaya. Termasuk sekolah negeri, sekolah swasta dan sekolah berbasis keagamaan.
Penelitian bertajuk “Perilaku Berpacaran Pelajar SMP Surabaya” mini dimulai sejak September hingga November 2011. Hasilnya, selain angka 45 persen yang berpikir seks itu wajar saat berpacaran, 14 persen lainnya telah melakukan hubungan seksual.
Isa memaparkan, 41 %  responden setuju (bahkan sangat setuju) apabila pasangan remaja yang berpacaran hanya duduk dan ngobrol tanpa diselingi berpegang tangan, berpelukan dan berciuman. Mereka menganggap,  berpacaran hanya mengobrol termasuk ketinggalan zaman.
Yang menarik perilaku kebebasan ini dilakukan di mall, di tempat-tempat umum, bahkan di  sekolah.
“Ada sebuah siswa sekolah  yang dalam satu tahun bisa melakukan hubungan intim justru di lokasi sekolah,satu tahun bisa melakukan hubungan intim justru di lokasi sekolah,” ujarnya.
Menurut Isa, perilaku ini umumnya karena perubahan gaya hidup. Ada kesan, bagi mereka akan dianggap lebih modern jika melakukan itu.
Dari penelitian tersebut juga didapatkan data 52 persen televisi merupakan sumber informasi yang paling mempengaruhi mereka, disusul oleh teman sebaya sebanyak 42 persen, dan sisanya sumber lain seperti internet, handphone, koran/majalah dan radio.
“Dari hasil penelitian tersebut, televisi membawa pengaruh besar terhadap pergaulan dan gaya berpacaran mereka. Apalagi saat ini banyak sekali acara televisi yang tidak mendidik dan tidak bermutu,” ungkap Isa.
Lebih lanjut Isa menjelaskan, agar semakin menggalakkan komunikasi di keluarga. Sebab bagaimanapun, pendidikan di rumah itu paling inti dan nomor satu.
Ia juga mengharapkan agar lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, dan seluruh masyarakat lebih memperhatikan dan memprioritaskan pendidikan dan pembiasaaan imtaq (iman dantaqwa) serta pendidikan moral.
”Selama ini pemerintah menggaung-gaungkan pendidikan karakter, akan tetapi hal tersebut masih sebatas menjadi semboyan saja, belum masuk menjadi aktivitas yang nyata,” pungkasnya.
Ia juga berharap lembaga media, seperti televisi membuat acara yang lebih mencerdaskan, yang tak hanya mengajari remaja berperilaku negativ. Namun sebaliknya, ia juga meminta para orangtua lebih selektif memilihkan tontontan pada anak, sekaligus mendampinginya agar lebih baik.
Sebelum ini, survey yang dilakukan Indonesia Sex Survey 2011 menunjukkan tempat kos (asrama) dan rumah justru menjadi tempat favorit anak muda melakukan hubungan seks. Umumnya mereka melakukan di rumah di saat orangtua tidak ada.*
Keterangan foto: Perilaku siswa SMP saat merayakan kelulusan
Rep: Panji Islam
Red: Cholis Akbar